kuterperonjak dari tidurku, kebuka pintu dan segala mencari sudut penjuru seisi rumah ini, namun tak kutemui sosoknya. kulihat diluar rumah air tak henti-hentinya menjatuhkan dirinya membawa keberkahan dimalam ini, hujan... hening...
aku tersadar sudah lebih dari satu jam yang lalu adzan maghrib berkumandang, kuambil payung dan dengan gontai mataku menyapu setiap jalan yang kulewati dengan mengangkat sebagian rokku takut terkena genangan air yang mampu membatalkan wudhuku..
tiba-tiba kakiku kaku, seolah tak ingin beranjak dari tempat aku berdiri, air mata tiba-tiba menetes dengan sendirinya tanpa aku menyuruhnya keluar dari mata ini. kutemui sosok yang kucari dengan berkalung sorban dan mengenakan peci ia sedang bercerita dan seolah menjelaskan sesuatu kepada beberapa orang anak-anak yang duduk didepannya, dengan tertawa dan gerakan tangan serta mimik wajah yang memperlihatkan ekspresinya seolah ia hanyut dalam cerita dan pengetahuannya. ia mengajar anak-anak itu mengaji.
aku berdiri, lama. kuyakinkan bahwa itu dia. ayahku. dengan rambut yang mulai memutih dan guratan keriput tergambar jelas didahinya. tak henti-hentinya mulutku ini bertasbih. aku tercengang, aku bangga, dan aku terharu, begitu sulit jalan yang telah ia lewati pasca ibuku meninggal. aku tau dalam diam sebenarnya ia menderita, aku tau begitu besar cintanya, pengorbanannya,..
kuusap air mataku yang bercampur dengan air hujan, kubalikkan badan dan kembali kerumah dengan kembali sempoyongan dan tak bisa kukondisikan air mata yang jatuh ini, begitu luar biasa ciptaan-Mu, sebetulnya benarkah ia manusia? manusia yang selalu dapat memanusiakan manusia. manusia yang selalu menjelma sebagai makhluk lain didalam sanubariku yang selalu menghormati dan menyayanginya.
sebetulnya ia manusia, ataukah dewa?
Sabtu, 09 Januari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar