Bukankah kita tak menginginkan apapun selain kebersamaan? gelak tawa yang menyelimuti setiap mimpi yang tidak aku undang kedatangannya ini berlalu bagai helaan nafas setiap detiknya. tak terlewatkan dalam satu hari saja aku tidak mampu menyuruh rasa rindu ini enyah. aku selalu merindukannya, merindukan senyumannya, merindukan setiap kata yang keluar dari bibirnya yang indah ketika menyebut namaku.
Kedewasaan tidakkah diukur dari umur manusia? aku telah mencobanya. mencoba menyembunyikan kerapuhan ini, namun sejatinya aku benar-benar lemah tanpanya. aku bukanlah apa-apa. aku masih belum bisa membuatnya bangga dengan tersenyum dan berteriak "itu anakku" aku masih belum bisa mewujudkan setiap butiran-butiran mimpinya. aku gagal.
Beribu bintang yang berkelip riang tak satupun tersenyum padaku, seolah mereka merasakan makna dari setiap tetesan peluhku. bibirku tak henti-hentinya melantunkan doa. hanya itu yang bisa membuatku memeluknya dalam perbedaan ruang waktu ini.
Kulihat gambarnya tersenyum, memberikan aku sebuah kekuatan. aku ingin waktu berputar sedikit saja. aku ingin mengatakan begitu besar aku mencintainya, begitu sibuknya aku dengan duniaku tanpa aku pernah mengelus pipinya sembari berkata "terimakasih telah memberikan aku dunia yang begitu indahnya"
memang benar, semua akan terasa ketika tak ada. dimana lagi tempat aku mengeluh selain dipangkuannya? dimana lagi tempat aku bahagia selain senyumannya? dimana lagi tempat aku menangis selain dipundaknya? dimana lagi tempat aku bercerita dan bercengkrama lagi di dunia yang fana ini? kecuali satu tempa,yaitu tempat berbisik pada bumi namun yang mendengar langit.
semoga kita bertemu di dunia yang berbeda, dan aku beruntung bisa menjadi anakmu disalah satu masa. syukron ya umi..
0 komentar:
Posting Komentar