Aku suka ketika kau bersajak, seolah kau tenggelam dalam
setiap imajinasi yang berkecimpung dalam fikiranmu. Begitu apa adanya, santai.
Tanpa adanya tipuan ilusi atau sajak yang rekayasa. Namun kau benar-benar murni
bersajak sesuai apa yang hati dan fikiranmu singkronkan..
Mengapa kau mencintai senja? Aku tersenyum meremehkan, apa
yang indah dengan senja? Bukankah senja akan menggantikan kecerahan hari
menjadi gelap gulita? Mata ini seakan buta untuk menatap, tak heran kau begitu
mencintainya. Karena senja, adalah dirimu yang lain
Ada dirimu yang kau sendiripun tak dapat mengenalinya,
keanehanmu menjadi keganjalanku. Kekuranganmu menjadi pelengkapku. Kita sama
namun sebetulnya sangat berbeda. Kau dengan senjamu dan aku sebagai penikmat
kopi yang tersenyum ketika melihatmu membanggakan senja.
Memang ada yang melebihi saudara, memahami meskipun tak
mengerti. Mengiyakan meskipun tidak setuju, menerima meskipun tak sesuai dengan
cara berfikir, dan tertawa karena pada hakikatnya ikatan kita ini satu.
Entah apakah kau merasakan kegundahan yang aku sungguh tidak
dapat menerka dengan akal sehatku. Begitu terlalu mudah suasana hatimu goyah.
Ketika aku diam, aku benar-benar tidak tahu cara membujukmu menjadi senjaku
yang ceria lagi.
Apakah karena itu kau mencintai senja? Karena senja mampu
merubah hal yang sebenarnya tidak ingin ditinggalkan?
Kepadamu senjaku, aku menulis pada hujan dibulan Februari
0 komentar:
Posting Komentar